UN itu Wajib, Pemerataan Pendidikan itu Harus

Hari ini selasa -__-" itu date postinganya kok masih monday aja yaa.. hari ini hari kedua gue ngawas Ujian Nasional (UN). Ya ya ya gue ditunjuk sama sekolah gue buat jadi pengawas di sekolah menengah atas (SMP) di suatu tempat terpencil di daerah gue. Daerah nya agak terpenlosok dan suhunya kak.. wwwiiiihh Ginjal gue ampe kebanjiran kak !. Ujian hari kedua ini berjalan dengan lancar dan biasa-biasa saja, siswa mengerjakan soal UN, sedangkan gue wajah-wajah unyu tak berdosa itu dari bangku pengawas. Sesekali gue lihat mereka saling lirik-lirikan ke arah temannya sambil menyanyakan sesuatu, entah apa yang ditanyakan. Tapi gue yakin  gak mungkin mereka nanya jawaban, itu soal masing-masing anak beda-beda kak! jawaban pasti BEDA.. 30 soaal meennn... plus isi barcode.. yaaa barcode yang garis-garis itu loh.

Cuman gue penasaran banget, itu barcode kalo dibawa ke kasir minimarket muncul apa ya di barcode reader nya? apa jangan-jangan yang muncul itu tulisan "Maaf Anda Kurang Beruntung" -___-" Whaat the kampreet??!! Oke lupakan sejenak soal barcode, sekarang gue mau singgung masalah tulisan di sebelah kiri atas soal UN. tulisannya kayak gini nih...

Gue selalu nyengir sendiri kalau liat tulisan itu. Gimana engga..? gue adalah salah satu orang yang pagi ini berhasil membagi-bagikan dokumen negara yang sangat rahasia ke anak-anak unyu tak berdosa generasi penerus bangsa ini. Nyahahaha GUE BANGGA! Tepuk tangan buat gue... 

Kembali lagi ke pelaksanaan ujian nasional,gue ucapin terima kasih buat yang di atas sana yang udah mengadakan ujian nasional ini sehingga guru-guru menjadi semakin pintar YouKnowWhatIMean. Terima kasih lagi karena udah membuat UN untuk mata pelajaran tertentu saja, sehingga gue gak perl pusing kayak gur mata pelajaran laen wkwkkw XD

Pertanyaan gue sekarang, apakah UN tahun depan akan lanjut? atau ditiadakan? Kalau ditiadakan berarti program UN itu, GAGAL. kalau dilanjutkan, apakah pemerintah akan berkaca dari kegagalan UN tahun ini? Kegagalan yang gue maksud adalah gagal melaksanakan UN tepat pada waktunya (untuk SMA), gagal mencetak naskah UN sesuai dengan jumlah (banyak sekolah yang kekurangan naskah ujian) dan yang terakhir gagal memahami baahwa negara kita adalah negara yang ber Bhineka. Gue bingung kenapa pada saat UN aja yan harus disamakan di seluruh wilayah Indonesia, padahal kita tahu negara kita antar daerah itu berbeda-beda dan kita harus akui itu. Coba lihat Kupang dengan Jakarta! SAMA?

Seorang narasumber yang gue lupa nyatet namanya di metrotv mengibaratkan UN nya kalau di duna hewan seperti ini "ada kambing, sapi, kera, ayam, ikan, dan dll tapi semuanya disuruh lomba manjat pohon. adil gak?

Saran gue untuk orang-orang di atas sana, akan lebih mulia jika kualitas fasilitas pendidikan nya dulu yang disamakan di seuruh indonesia, setelah pendidikan merata, maka baru bisa melaksanakan evaluasi dengan baik. Di sekolah di kota-kta besar, anak-anak sudah mengenal i-pad, sedangkan mereka yang di pedalaman dan terpencil masih kekurangan buku untuk sumber belajar. UN itu baik, dan gue sangat mendukung, tapi akan lebih baik lagi jika pendidikanya sudah merata. Jangan sampai UN hanya dijadikan Uji Nyoba kebijakan pemerintah di bidang pendidikan.